Senin, 30 April 2012

Ada

ada yang meluruh ketika langkah kaki berhenti
pada ruang berbungkus kesunyian
yang tercipta dari jarak antara kau dan aku

ada yang mencoba khusyu dari waktu ke waktu
menghujani bumi dengan air mata
yang hulunya telah hilang entah dimana

ada yang terseok pada jalanmu yang makin lesap
dalam kabut berselendang luka
berteriak di antara dahaga dan kecewa

dan ada aku yang mati-matian
menjagai titik cahaya yang nyaris redup
mengaburkan dirimu



                                                                 Ananda Putri Bumi | Bandung, 22 Maret 2012

Jumat, 27 April 2012

Lagu Kita

Malam hampir menggelinding sebelum sempat kita lipat dalam mimpi
Sementara tetes-tetes embun yang masih pulas di atas lembaran daun
mengirimkan cuaca yang melahirkannya, pada kita
Dan kedai-kedai takpernah tidur adalah sisa-sisa kenyinyiran kota
menyaksikan betapa kita bersikeras menjahit dua pulau

O, adakah yang lebih syahdu dari gerak seirama gemulai tangan-tangan
dalam sulaman doa berselimut pagutan antara harap dan cemas  
diringi denting yang hanya dimengerti, oleh kita
Sejenak meninggalkan kejadian-kejadian pemicu hirukpikuk kota
Lesap ke dalam naskah kehidupan yang sedang kita racik:
             Kelak,
             Kita taklagi harus berkejaran dengan malam
             menyaksikan tetes-tetes embun menggeliat dan mulai terbangun,
             lalu menjatuhkan diri dengan khidmat di halaman rumah kita



Ananda Putri Bumi | Bandung, 21 Maret 2012