Jumat, 27 April 2012

Lagu Kita

Malam hampir menggelinding sebelum sempat kita lipat dalam mimpi
Sementara tetes-tetes embun yang masih pulas di atas lembaran daun
mengirimkan cuaca yang melahirkannya, pada kita
Dan kedai-kedai takpernah tidur adalah sisa-sisa kenyinyiran kota
menyaksikan betapa kita bersikeras menjahit dua pulau

O, adakah yang lebih syahdu dari gerak seirama gemulai tangan-tangan
dalam sulaman doa berselimut pagutan antara harap dan cemas  
diringi denting yang hanya dimengerti, oleh kita
Sejenak meninggalkan kejadian-kejadian pemicu hirukpikuk kota
Lesap ke dalam naskah kehidupan yang sedang kita racik:
             Kelak,
             Kita taklagi harus berkejaran dengan malam
             menyaksikan tetes-tetes embun menggeliat dan mulai terbangun,
             lalu menjatuhkan diri dengan khidmat di halaman rumah kita



Ananda Putri Bumi | Bandung, 21 Maret 2012
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar