Ada waktu yang harus diregang
Untuk menyelam ke dalam halaman demi halaman jasad itu
Lalu muncul ke permukaan dengan sejaring kalimat
Yang akan kauracik menjadi pesan atau kritik atau sekedar penawar gundah
Tapi oh, waktu lebih keras dari baja
Membuatmu tak habis-habisnya menghela dan menghembus
Dan mungkin terpelanting
Sebelum jejakmu utuh menggurat dalam halaman itu, jasad itu
Kenapa selalu mencoba meregangnya?
Telah menjadi takdirnya untuk taklentur
Itulah gunanya kaudiberi akal kan?
Itulah gunanya kaudiberi akal kan?
Untuk mensiasati keberadaan dan kekakuannya
Kau iklas menerimanya, kan?
Dan akhirnya nafasmu berirama teratur
Disela-sela tiga cangkir kosong bekas kopi
Diantara jasad itu, yang semakin menumpuk (kau yang mengundang)
Diujung waktu yang takjua regang, takpernah regang
Kau iklas menerimanya, kan?
Ananda Putri Bumi, Bandung 25 Desember 2011
Dan akhirnya nafasmu berirama teratur
BalasHapusDisela-sela tiga cangkir kosong bekas kopi
Diantara jasad itu, yang semakin menumpuk (kau yang mengundang)
Diujung waktu yang takjua regang, takpernah regang
Kau ikhlas menerimanya, kan?
Tulisan yang bagus.
Saat-sat "Perceraian" Jasad dan Ruh, adalah penantian yang ditunggu...
Ketika kematian datang..
Kehidupan yang sebenarnya kita jemput.