Bandung, 09 Mei 2011
Aku suka sekali dengan kata “memilih”. Memilih; pilih; pilihan. Entah kapan dan di mana kutemukan pada awalnya. Mungkin di antara tindihan kata dalam buku-buku. Dan mungkin beberapa buku yang pernah kubaca sangat suka menggunakan kata itu berulang-ulang. Sehingga ia lengket di benakku. Pada akhirnya takmaukuhilangkan.
Memilih adalah hak yang diberikanNya kepada manusia. Itu sebabnya manusia diberi akal dan hati sebagai panduan dalam menggunakan haknya. Hak memilih. Sebelum memilih, manusia menimbang-nimbang dulu menggunakan akal dan hatinya.
Memilih adalah pintu sebelum melangkah melakukan sesuatu. Kesadaran bahwa semua yang kita lakukan adalah pilihan sendiri, akan mendudukkan kita sebagai subjek dalam kehidupan. Bukan objek yang selalu merasa didikte harus melakukan sesuatu. Buatku, itu mengasyikkan.
Memilih, membuatku merasa bahwa akulah penentu proses kehidupanku. Memilih, membuatku paham bahwa ada konsekuensi atas setiap pilihan. Konsekuensi yang harus kita terima dan jalankan akibat dari sesuatu yang kita pilih. Memilih, lalu menjalani pilihan, membuatku mengerti bahwa selalu ada konsekuensi yang di luar prediksi. Memilih, membuatku sadar bahwa akulah yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pilihanku,serta konsekuensi yang mengikutinya.
Memilih, membuatku mampu melihat bahwa ada ruang-ruang yang kita takdiberiNya kebebasan untuk memilih. Aku keluar dari rahim A, berasal dari daerah B, dengan orang tua beragama C, itu bukan pilihanku. Itu ketetapanNya. Namun aku akan tinggal di daerah D, menjadi orang tua yang seperti E, menjalankan keyakinan atau agama F, sepenuhnya adalah pilihanku. Aku bercita-cita sebagai G dan menjalani prosesnya, itu pilihanku. Namun, apakah hasil dari proses tersebut adalah juga G atau justru H,I, atau J, itu adalah ketetapanNya.
Pada akhirnya, ketetapanNya juga bermuara pada kebebasan kita untuk memilih. Memilih untuk menerima atau tidak menerima ketetapanNya. Memilih untuk melepaskan atau tidak melepaskan segala ingin kita yang tidak sejalan dengan ketetapanNya.
Memilih, pada akhirnya mempertemukanku pada kata “menerima” (segala yang telah ditetapkanNya) dan “melepaskan” (segala ingin kita yang berbeda dengan ketetapanNya). Memilih, pada akhirnya membuatku belajar tentang cara menerima dan cara melepaskan. Memilih, pada akhirnya membuatku juga menyukai kata “menerima” dan “melepaskan”.
Memilih. Menerima. Melepaskan. Itulah caraku menjalani hidup. []
Salam,
Nanda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar