Saat ini, setiap pagi aku rutin minum air kacang hijau.
Bukan air kacang hijau instan dalam kemasan, tentunya, tetapi dimasak sendiri.
Para ibu bilang, air kacang hijau sangat bagus untuk pertumbuhan janin. Khasiat
utamanya, ketika lahir, tubuh bayi akan berat dan padat namun tidak besar. Tubuh
bayi yang tidak besar akan mempermudah kelahiran; memudahkan bayi untuk keluar
dari jalur lahirnya. Tambahan pula, tubuh yang padat biasanya adalah tubuh yang
kuat. Khasiat lainnya, air kacang hijau dapat memperlebat rambut bayi.
Sepertinya, resep ini dipercaya oleh para ibu di Indonesia,
mulai dari mamaku, para tante, dan teman sejawat beliau yang notabene orang Minang, hingga mama
mertua, kerabat, dan tetangga beliau
yang notabene orang Jawa Timur. Semuanya satu suara dalam hal ini. Agaknya,
resep ini sudah diterapkan turun temurun di berbagai daerah dan saat
diterapkan, khasiatnya selalu teruji.
Ketika diminta rutin meminumnya, aku menurut saja tanpa
merasa perlu googling untuk mencari
kebenaran khasiatnya. Selain karena aku cukup suka dengan rasa dan aroma kacang
hijau, toh juga tidak ada efek
sampingnya. Maka, jadilah aku setiap hari merendam kira-kira dua genggam kacang
hijau selama satu jam, lalu memasaknya hingga mendidih dengan api yang tidak
terlalu besar. Air kacang hijau yang berkhasiat tinggi adalah air pada didihan
pertama, sebelum kacang hijaunya mengempuk.
Suatu pagi, mama mertuaku bilang kalau tetangga depan rumah
memberi air kacang hijau. Ia memang setiap hari memasak kacang hijau untuk
dijual (entah berupa bubur atau olahan makanan kacang hijau lainnya). Aku
senang sekali sebab berarti hari ini aku terbebas dari kegiatan mengolah kacang
hijau. Mengolahnya memang tidak sulit, akan tetapi tentu akan lebih
menyenangkan jika tinggal meminumnya saja. Hari berikutnya, tetangga tersebut mengirimkan
air kacang hijau kembali. Begitu seterusnya hingga saat ini. Akhirnya, setiap
pagi aku minum air kacang hijau (sering) tanpa perlu mengolahnya terlebih dulu.
Apalah arti segelas air kacang hijau jika ditimbang dari taksiran
harganya? Dilihat sepintas, seperti
sebuah pemberian remeh-temeh. Bila kebetulan sedang tidak ada yang membutuhkan
air kacang hijau, tetangga itu biasanya membuangnya. Sesuatu yang mudah dibuang
tentu bukanlah sesuatu yang tinggi nilainya. Biji kacang hijau pun
bukanlah jenis bahan penganan yang mahal.
Lalu, bagaimana dengan aku, orang yang menerima pemberian
tersebut? Meski terlihat seperti pemberian yang remeh-temeh, namun tidak
demikian perasaanku, sebagai si penerima. Justru sebaliknya, setiap hari aku
menunggu kiriman itu datang, takberapa lama, air kacang hijau hangat
itu menjalari kerongkonganku. Hangatnya menyamankan perut. Kadang aku meminumnya
dalam keadaan dingin setelah didiamkan dikulkas. Dinginnya menyegarkan
kerongkongan.
Ini tentang sebuah pemberian. Barangkali kadang kita sungkan
memberikan sesuatu kepada orang lain ketika menurut kita hal itu tidak
bernilai. Terlebih lagi jika orang tersebut kita duga sangat mampu untuk membelinya
sendiri. Padahal bisa jadi tidak demikian. Dengan berbagai sebab, pemberian
yang terlihat remeh-temeh, bisa sangat diterima orang lain dengan penuh
kesyukuran.
Salam,
Nanda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar