Minggu, 26 Mei 2013

Perjalanan


Perjalanan hidup memang tidak selalu baik-baik saja. Tidak selalu sesuai dengan harapan. Ketika antara harapan dan realita begitu berbeda, ada rasa sedih, kecewa, maupun marah yang bersemayam di hati, menggumpal, dan siap meledak atau diledakkan sewaktu-waktu, dengan berbagai cara, konstruktif ataupun destruktif. Semua bergantung sepenuhnya dari kemampuan kesadaran dan penerimaan kita terhadap hadirnya emosi-emosi itu, lalu memilih tindakan dalam penyalurannya. Semua bergantung dari kedalaman kita mengenal diri. 

Namun, rentetan kejadian dalam hidup, rasanya jarang sekali hanya menghadirkan hanya sebuah emosi. Kebanyakan bercampur baur, semisal, percampuran antara kesakitan dan kebahagiaan, cinta dan kebencian, kesedihan dan ketenangan. Jika pun seseorang pernah mengalami hanya sebuah emosi berkepanjangan, barangkali bersebab ia terlalu fokus pada yang satu dan (tidak sadar atau memilih)mengabaikan yang lainnya.

 Begitu pula halnya perjalanan saya dalam masa kehamilan ini. Saat mengetahui saya hamil, saya bahagia. Akan tetapi, memasuki bulan ketiga dan keempat masa kehamilan, saya nyaris lupa dengan kebahagiaan itu bersebab rasa mual terus-terusan dan selalu ingin muntah (saya pernah muntah beberapa kali), lelah berkepanjangan, dan lidah terasa pahit. Banyak hal yang ingin dilakukan namun terbatasi oleh kondisi fisik menyebabkan frustrasi yang takputus-putus. Beruntungnya, saya masih dapat mengenali jenis makanan yang diinginkan tubuh saya−buah yang manis dan mengandung air serta minuman dingin yang manis pula−sehingga berat badan saya masih bisa bertambah. 

Lepas bulan keempat dan memasuki bulan kelima adalah masa peralihan kondisi. Setahap demi setahap, saya mulai bisa beraktivitas seperti biasa. Mulai bisa menyelesaikan banyak hal. Mulai bisa menikmati kembali kehamilan saya. Terlebih, sudah bisa merasakan gerak si kecil, meski lamat-lamat. Sesekali masih mual, hanya untuk sesuatu yang ekstrim, semisal, mencium bau sampah atau daging-dagingan mentah. 

Sekarang, usia kehamilan saya sudah delapan bulan. Hamil tua, begitu kata orang-orang. Hal paling membahagiakan pada bulan-bulan terakhir ini adalah merasakan gerakannya yang makin jelas dan kuat, serta mempersiapkan segala perlengkapannya. 

Terkadang gerakannya seperti sedang menggeliat. Menimbulkan semacam gelombang yang sambung menyambung pada permukaan perut. Sesekali terasa geli di perut bagian pinggir. Kadang rasanya seperti tendangan atau sikutan. Keras dan mengagetkan. Menimbulkan tonjolan, lalu hilang. Ketika ia sedang bergerak, saya kerap menghentikan aktivitas dan memperhatikan gerakan-gerakannya. Mengelusnya. Ada rasa sayang yang menguar dan rindu untuk segera bertemu. 

Mempersiapkan perlengkapannya kerap mengundang imaji menyenangkan. Membayangkan ia memakai baju dan celana yang sudah disiapkan. Gerakan-gerakannya yang belum terkendali. Menggendongnya dan bersenandung hingga ia tertidur. Tawanya yang lebar dan tanpa gigi. Ia (mungkin) tidur tengkurap dan tiba-tiba saja sudah berada di pinggir tempat tidur. Jalan-jalan sore sambil menyuapi dan ngobrol dengannya.

Namun, juga ada perasaan cemas yang menggelayut. Cemas menanti hari persalinan. Bagaimana rasa sakitnya. Apakah bisa melahirkan normal. Apakah ASI saya akan keluar. Bagaimana kondisi saya dan bayi setelah persalinan nanti. 

Adik saya (yang lebih dulu punya anak) bilang, Ketika melahirkan, kita akan dibantu oleh kekuatan untuk segera dapat melihat makhluk kecil yang selama sembilan bulan telah bersama kita.  

Mama mertua bilang, Setelah bayimu lahir dan kamu melihatnya, semua sakit yang dirasakan sebelumnya tiba-tiba hilang. Yang tersisa hanya perasaan bahagia.

Semoga. 


Salam,


Nanda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar