Saya mulai membongkar-bongkar perlengkapan bayi yang telah
dibeli. Memilah jenis yang akan dicuci terlebih dulu. Sebab terlalu banyak jika
harus dicuci sekaligus. Lagipula, jemurannya tidak akan cukup. Pilihan saya
jatuh pada setengah lusin kain bedong, sejumlah baju, celana pendek, dan celana
kacamata. Kamu tahu celana kacamata? Celana bayi yang dua bolongan kakinya ada
di bagian depan, nyaris bulat seperti kacamata.
Untuk mencuci dan membilasnya, saya menggunakan deterjen dan
pelembut pakaian khusus bayi. Saya juga mencuci beberapa box yang akan
digunakan untuk tempat meletakkan sejumlah kain itu, tempat menyimpan kosmetik
bayi, serta pernak pernik lainnya. Menggemaskan sekali melihat deretan tali
jemuran itu penuh dengan celana dan pakaian ukuran sangat mini.
Saya mendapati pesan yang dikirim suami saya sekitar
setengah jam lalu. Menanyakan saya sudah makan atau belum. Saat itu sudah hampir
jam setengah tiga sore. Biasanya, saya yang menanyakan duluan, ia sudah makan
atau belum. Saya membalas pesannya. Ini pesan pertama kami pada hari ini. Menjelang
sore kami baru berkirim pesan.
Sejak menjelang siang tadi, saya terlalu asyik mengurusi
pernak-pernik si kecil. Sebelum merendamnya, saya mencermati satu persatu. Mencopot
stiker-stiker yang sengaja ditempelkan untuk menandai ini itu, mencermati
modelnya, gambar-gambarnya, warnanya, me-matching-kan antara warna plus corak
baju dan celana. Saya menghabiskan banyak waktu untuk memandangi ketimbang
mencucinya. Hingga kegiatan mencuci itu molor dan selesai menjelang sore.
Saya baru tahu kalau kebanyakan baju bayi itu berwarna bahan
dasar putih dengan pinggiran berwarna pink, biru, kuning, atau hijau. Atau jika
berwarna, ya warnanya tidak bergeser dari ke empat warna tadi. Jikapun ada
warna lain, itu terdapat pada gambar-gambarnya. Saya juga baru ngeh kalau kebanyakan perlengkapan bayi
itu bergambar hewan. Kemarin, mama mertua saya menanyakan pada penjualnya,
kenapa gambarnya hewan semua. Mama mencari yang bergambar gitar, sesuai pesanan
suami saya, dan tidak ada.
Mama mertua pernah cerita, waktu suami saya lahir, pikiran
mama selalu tertuju pada anak pertamanya itu. Hal yang lain kerap terabaikan.
Mengerjakan apa pun di kantor jadi tidak fokus. Karena mama dan papa bekerja,
mama kerap menitipkan anak pertamanya di rumah ibunya yang berbeda kota. Mama rela harus
bolak-balik dua kali seminggu untuk menjenguk anaknya.
Mama kerap mengatakan, hubungan ibu dan anak itu, bagaimana
pun, begitu dekat dan takkan terputus, sebab sebelum lahir, selalu bersama
setiap saat selama sembilan bulan. Bagaimana pun sikap dan perilaku sang anak
terhadapnya, seorang ibu takkan pernah sanggup menghentikan rasa sayangnya. Apa
pun akan dilakukan tanpa hitung-hitungan. Berbeda dengan sebaliknya, seorang
anak masih mungkin untuk hitung-hitungan dengan orang tuanya.
Saya lalu teringat dengan mama saya. Sedari kami kecil, mama
sendiri yang mengurusi kami bertiga, selain harus bekerja, memasak, dan
mengurus rumah. Meski kadang, kami juga kerap dititipkan ke kerabat lain jika
mama punya keperluan yang memakan waktu cukup lama. Sampai saat ini saya tidak
habis pikir dari mana datangnya kekuatan itu. Mengurus tiga anak kecil yang
mesih sering rewel ketimbang membantunya, sementara juga harus bekerja dan
mengurusi hal lain, tentu tidak mudah.
Dua bulan menjelang menikah dulu, saya berkesempatan
membantu mengurus keponakan saya yang berusia sembilan belas bulan. Setiap hari
saya menemaninya bermain. Hingga akhirnya ia sangat dekat dengan saya. Sesekali
juga ngemong adiknya yang berusia
enam bulan. Sampai sekarang, rasa kangen saya pada mereka tidak habis-habis. Saya
jadi berpikir, terhadap keponakan saja, rasa kangen saya tidak pernah luntur,
apalagi anak sendiri.
Saat ini, saya mulai merasakannya. Tidak ada yang lebih
menyenangkan selain mengurusi pernak-perniknya, memandangi lama-lama perut saya
yang bergerak-gerak, dan benar-benar mengatur asupan makanan saya agar ia
selalu sehat. Begitulah. Meski belum melihat rupanya, saya sudah jatuh cinta
dan selalu merindukan kehadirannya.
Salam,
Nanda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar