Kira-kira
dua tahun lalu, saya pernah menulis tentang mama dan kopi. Mama saya penyuka
kopi. Meski bukan kopi pahit. Juga bukan pecandu. Hanya mengkonsumsi sewajarnya
saja. Kopi adalah salah satu minuman yang saya dibolehkan mengkonsumsinya.
Akhirnya, saya pun menyukai kopi. Tapi juga bukan kopi pahit. Dan juga bukan
pecandu. Satu cangkir sehari. Kadang-kadang dua cangkir, tetapi sangat jarang.
Ketika
masih tinggal dengan mama, meski suka, namun tidak terlalu sering saya minum
kopi. Rutinitas minum kopi justru saya lakukan setelah jauh dari mama. Aroma
kopi yang baru diseduh dan hangat yang menjalari kerongkongan membawa saya ke
masa-masa bersama mama. Setiap hari saya minum kopi. Dan setiap hari pula, saya
merasa terhubung dengan mama.
Sebenarnya
bukan hanya kopi yang membuat saya merasa mama jadi dekat. Ada beragam jenis
makanan dan minuman lain yang mama kerap menyuruh saya mengkonsumsinya,
kebanyakan untuk alasan kesehatan. Akan tetapi, di antara semua, kopi adalah
minuman yang bisa saya konsumsi setiap hari dibanding yang lain. Alasannya,
praktis saja. Mudah didapatkan dan mudah diracik.
Telah
hampir dua bulan saya dan suami tinggal berbeda kota, untuk persiapan saya melahirkan.
Dalam kurun waktu itu, juga, ada beberapa jenis makanan yang jika saya makan,
saya merasa dekat dengannya. Yang paling sering adalah sambal. Ketika meracik
sambal bersama mama mertua, percakapan yang menguar di antara kami, kerap
tentang suami saya. Bermula dari cerita tentang sambal tempe penyet yang paling
disukainya −meski pada dasarnya ia menyukai semua jenis sambal− percakapan pun
takluput menjelajah ke kisah masa kecilnya. Mama selalu menceritakannya dengan
seru.
Jika
disuruh memilih potongan ayam yang disukai, biasanya saya memilih bagian paha.
Suami saya menyukai potongan ayam bagian dada. Namun hampir dua bulan ini,
ketika menyantap hidangan ayam, saya selalu memilih potongan bagian dada. Saat
menyantap, saya merasa terhubung dengannya. Makanan dan minuman lain yang juga sangat
disukainya adalah coklat, ice cream, roti bakar coklat (kadang-kadang ditambah
keju), dan kopi. Dan juga saya sukai. Ketika menyantap jenis-jenis makanan
tersebut, saya merasa seolah sedang bersamanya. Hal itu membuat perasaan saya
nyaman.
Tetapi,
sejak hamil, saya berhenti minum kopi. Saya menggantinya dengan sereal rasa
coklat. Meminumnya di pagi hari. Rasa hangat kopi dan sereal ketika menjalar di
kerongkongan, sama. Hampir setiap pagi saya mengirim pesan pada suami saya,
menanyakan sarapan apa ia hari ini. Beberapa kali sarapan kami sama, sereal
rasa coklat.
Makan
dan minum memang adalah kebutuhan dasar. Namun kadang-kadang, ada kebutuhan
lain yang nimbrung saat kita sedang
memenuhinya. Biasanya kita makan ketika merasa lapar dan minum ketika merasa haus.
Namun ketika merasa lapar maupun haus, lalu memilih memenuhinya di sebuah café
atau restaurant, lalu update status atau tweet yang menunjukkan kita sedang
makan di sebuah tempat, apalagi lengkap dengan gambar dan keterangan jenis
makanan dan minumannya, yakinlah, kegiatan makan dan minum kita tidak semata
untuk menghilangkan lapar dan haus saja. Disadari atau tidak, ada kebutuhan
lain yang juga sedang dipenuhi, semisal, kebutuhan untuk mendapatkan respek
dari orang lain.
Salam,
Nanda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar