Senin, 03 Juni 2013

Pasar



Mungkin bukan sinar bulan
Yang menyalakan permukaan sungai
Tapi di sepanjang jalan ke arah pasar
Bakul-bakul ikan, daging dan sayuran
Seperti mengekalkan malam. Pasar adalah gemuruh
Sekaligus semadi suara-suara
Kulihat yang berjualan itu mulai menari
(Pasar Kumbasari, Denpasar | Acep Zamzam Noor)

Sekian lama takmenjejakkan kaki di pasar tradisional, saya memulainya kembali kira-kira satu setengah bulan lalu. Kali ini cukup sering saya bolak balik ke pasar. Kadang sendiri, kadang bersama mama mertua. Jalan kaki. Sebab memang niat utamanya adalah jalan kaki di pagi hari. Kebetulan, ada sebuah pasar takjauh dari rumah. Jadi, sekalian saja. Berjalan kaki di pagi hari sambil membeli bahan masakan maupun penganan.

Namanya Pasar Pacuan Kuda. Tidak terlalu besar. Sebab serupa dengan pasar kaget. Tetapi yang ini selalu digelar tiap hari. Orang-orang berjualan di pinggir sepanjang Jalan Pacuan Kuda. Entah mulai dari jam berapa, yang pasti, jam lima subuh mereka sudah berjualan. Lalu selesai kira-kira jam sepuluh pagi. Sebab setelahnya, jalan akan dipakai sepenuhnya oleh pengendara. 

Meski kecil, namun isinya lengkap seperti pasar tradisional permanen. Berbagai jenis sayuran, buah-buahan, daging dan ikan, bumbu masakan, hingga masakan siap santap. Ada juga penjual bakso. Enak dan murah. Masing-masing yang berjualan memiliki jongko ukuran mini. Mulai dari ukuran sekitar satu kali satu meter hingga sekitar dua kali satu meter. Tidak ada yang lebih dari itu, saya rasa. Ada yang berjualan dengan memakai meja atau gerobak, ada yang menggelar dagangannya di jalanan beralaskan terpal, ada juga yang memakai bakul-bakul yang diletakkan di jalan. Juga ada yang memakai tenda untuk berjaga-jaga di kala hujan, namun kebanyakan membiarkan jongkonya lepas tanpa atap.

Warna jalanan, meja atau gerobak, terpal, dan bakul, nyaris sama. Kusam. Jalanan yang hitam, tidak terlalu rata, agak becek bila sering hujan. Warna kayu dari meja dan gerobak yang coklat nyaris kehitaman, nyaris lapuk. Terpal dan tenda yang meski bermacam warna, namun sudah pudar juga menghitam. Warna-warna kusam ini berpadu dengan warna-warni cerah dan segar sayuran, buah, dan daging-dagingan di pagi hari. Serupa film hitam putih namun untuk benda-benda tertentu diberi warna hijau, merah, atau kuning yang cerah. Serupa foto hitam putih seorang perempuan namun dibagian bibir, diberi warna merah menyala.

Kegiatan yang selalu menarik perhatian saya saat berbelanja ke pasar adalah tawar menawar. Negosiasi. Berapa harga ini dan itu yang ditawarkan oleh penjual? Apakah harga jualnya relatif murah atau justru dinaikkan berkali lipat dari modal sesungguhnya? Di rupiah berapa akan ditawar? Apakah masih kemalahan atau penjual itu justru berbaik hati menyetujui penawaran yang nyaris membuatnya takdapat untung? Bagi saya sebagai pembeli, pertanyaan itu semacam permainan tebak-tebakan yang jawaban benarnya takpernah diinfokan. Pada akhirnya, yang membuat kesepakatan terjadi adalah ketika pembeli merasa penawarannya cukup murah dan penjual menyetujuinya. 

Jika cukup sering berbelanja di satu tempat, biasanya penjual mengingat dengan baik si pembeli. Meski taktahu namanya. Pada titik ini, proses tawar-menawar sudah relatif lebih mudah. Kadang penjual langsung memberikan harga murah tanpa perlu ditawar lagi. Kadang tawar-menawar tetap berlangsung, namun penjual kerap memberi bonus, seperti menambahkan jumlah barang  yang dibeli.

Apabila antara penjual dan pembeli sudah saling mengenal bersebab saking seringnya bertemu, proses tawar-menawar berganti menjadi obrolan sehari-hari. Tentang apa pun. Kadang lebih lama ngobrolnya daripada kegiatan membelinya. Pada tahap ini, biasanya, baik penjual maupun pembeli sudah memiliki perasaan sungkan satu sama lain. Penjual sungkan memberikan harga mahal dan pembeli sungkan menawar dengan harga murah. Proses jual-beli pun berlangsung dengan lebih cepat. Penjual memberikan harga murah, pembeli menyetujuinya tanpa menawar lagi. 

Selain tawar menawar, hal lain yang menarik perhatian saya, ada jongko yang antrian pembelinya panjang dan ada yang sepi-sepi saja. Saat membeli bahan makanan, biasanya mama memberitahu saya penjual yang menjual sayuran, buah, daging, ikan, dan bumbu-bumbu dengan kualitas yang baik. Para penjual ini lah yang memiliki antrian pembeli yang panjang. 

Salam,


Nanda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar