Sabtu, 08 Juni 2013

Pesan dari Mama


Tepat saat saya menyelesaikan sebuah tulisan pada suatu pagi, mama mertua mendatangi kamar saya, lalu duduk di tepi tempat tidur. Mama bilang, acara isra mikraj semalam selesai sekitar jam setengah dua belas malam. Sebenarnya acaranya selesai lebih awal. Namun karena mama panitia, mama harus menyelesaikan segala sesuatunya.

Semalam saya juga ikut hadir dalam acara tersebut. Namun tidak mengikuti sampai selesai. Acara isra mikraj tahun ini diisi dengan menampilkan kebolehan anak-anak TPA tempat mama ikut andil di dalamnya. Ada yang menunjukkan kebolehan mengaji, hapalan surat-surat pendek, hapalan doa sehari-hari, berpuisi, mendendangkan Asmaul Husna, mendendangkan huruf hijaiyah, dan banyak lagi. Saya hanya mengikuti acara saat anak-anak tersebut menunjukkan kebolehan mereka.

Mama bercerita, setelah tampilan anak-anak, kegiatan juga diisi dengan ceramah. Isi ceramah itu benar-benar menyentuh hati mama. Sang penceramah bertanya kepada para hadirin, “Ketika anak-anak kita masih kecil, mereka belajar tentang hal yang benar dan salah, terutama dari orang tuanya. Begitu pula halnya ketika mereka mulai beranjak remaja dan dewasa namun masih tinggal dengan orang tua. Jika mereka melakukan kesalahan, orang tua masih dapat menegur dan menunjukkan hal yang benar dan salah. Namun jika mereka sudah tidak lagi tinggal bersama kita (orang tua), semisal, tinggal di daerah lain untuk kuliah atau bekerja, siapa yang akan menjaga mereka agar tidak melakukan hal-hal negatif?”

Sebelum mama meneruskan ceritanya, mama bertanya pada saya, “Kira-kira siapa, menurut Nanda?” Saya menjawab,”Hmm… doa orang tua? Allah?” Mama pun melanjutkan bahwa itu benar. Tapi yang akan paling menjaga mereka adalah keimanan mereka sendiri, yang ditanamkan oleh orang tua sewaktu mereka kecil dulu. Meski memang, keimanan itu naik turun; fluktuatif. Akan tetapi, sesuatu yang ditanamkan sejak kecil, pasti akan terus membekas. Doa orang tua akan dapat menjaga anak jika di dalam diri anak tersebut ada keimanan. Allah akan menjaga seseorang jika di dalam dirinya ada keimanan. 

Mama pun berkesimpulan bahwa aqidah itu harus ditanamkan sedini mungkin. Bahkan sejak anak masih di dalam kandungan. Semakin bertambah usia mereka, akan semakin sulit untuk menanamkannya, sebab mereka akan semakin merasa benar dengan pemikiran sendiri. 

Saya rasa, saya sepakat. Masa-masa ketika anak masih kecil, masa di mana rasa ingin tahu mereka begitu tinggi dan merekam semua hal yang diberikan lingkungan, sementara kemampuan mereka untuk memfilter segala informasi belum terbentuk, adalah masa-masa penanaman. Saat ini lah, kesempatan untuk menanamkan aqidah (tidak hanya akhlak). Saat filter informasi mereka mulai terbentuk, aqidah akan menjadi salah satu pondasi dalam pembentukannya. (Saya tidak akan berpanjang-panjang untuk menerangkan apa itu aqidah dan apa itu keimanan dalam tulisan ini.) 

Mama meneruskan ceritanya. Ketika mendengar ceramah tersebut, rasanya beliau ingin masa lalu berulang agar dapat melakukan sesuatu yang lebih banyak lagi pada anak-anaknya, dari apa yang telah diusahakannya selama ini. Mama juga mengakui, kedalaman pemahaman agamanya saat ini tidak lepas dari didikan orang tua semasa kecil. 

Selesai bercerita, mama pun keluar kamar. Saya paham. Itu adalah pesan dari mama untuk keluarga kecil saya. 

Salam,


Nanda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar