Usianya saat ini sekitar 35 atau 36 tahun. Bersama suaminya,
sejak beberapa tahun lalu, ia membangun sebuah usaha konsultan. Makin ke sini,
usaha mereka makin berkembang. Kini perempuan berkerudung itu menduduki posisi
CEO di perusahaannya sendiri.
Mereka telah dikaruniai dua orang anak. Anak pertama telah
duduk di bangku sekolah dasar. Anak kedua, usianya masih hitungan bulan. Meski
keduanya sibuk, ia dan suami berkomitmen untuk tidak mengalihkan pengasuhan
anak mereka pada babysitter dan
memberikan anak ASI eksklusif hingga enam bulan. Bahkan, mereka juga tidak
memiliki asisten rumah tangga. Jadilah, mereka berdua bahu membahu, baik di
rumah maupun di kantor, dalam menyelesaikan semua pekerjaan.
Sejak sebelum subuh mereka telah bangun, menyiapkan
perlengkapan sekolah anak, menyiapkan sarapan, dan menyiapkan perlengkapan masing-masing.
Sebelum berangkat ke kantor, mereka mengantar anak yang lebih tua ke sekolah.
Anak kedua dibawa ke kantor. Takmasalah sebab kantor adalah juga rumah mereka,
milik mereka. Menjelang siang, saat anak pertama pulang sekolah, ia atau
suaminya akan menjemput, lalu bersama sang anak kembali ke kantor.
Ruang pribadi miliknya di kantor cukup lapang. Selain kursi
dan meja kerjanya yang lumayan besar, juga ada sofa dan meja tamu. Sofa tamu
sengaja dipilih yang juga nyaman untuk leyeh-leyeh.
Bentuknya mirip seperti tempat tidur ukuran single
namun berdesain sofa. Di sini lah, anak-anaknya tidur siang lengkap dengan
bantal dan guling kecil. Kadang anaknya yang kecil ditidurkan di meja kerjanya,
di sampingnya yang sedang bekerja. Kadang, di sela pekerjaan, ia masih sempat
memberikan cerita pengantar tidur.
Jika sedang rapat intern di kantor, mereka juga kerap sambil
mengasuh anak-anak. Entah itu sambil menidurkan ataupun menyertakan sang anak
dalam rapat.
***
Saya cukup sering membaca, entah itu buku atau artikel, tentang
para orang tua yang masih sangat bisa beraktualisasi diri sambil tetap tidak
melalaikan pengasuhan anak-anaknya. Itu sebabnya, saya termasuk orang yang
tidak percaya bahwa pernikahan dan anak akan menghambat aktualisasi diri. Bagi
saya semua sangat bergantung dari kemampuan manajemen diri dan waktu, serta
kemampuan kita dalam menyelaraskan keseluruhan peran-peran kita. Dan oya, tentu
saja yang utama sekali, semua bergantung dari niat.
Kelihatannya memang repot. Akan tetapi, dalam banyak hal,
anak dan pasangan justru adalah sumber energi yang akan menambah daya gerak
kita.
Salam,
Nanda
ups, maaf jadi salah nyebut nama mbak Nanda, gara-gara baca nama blognya. #malumodeON
BalasHapusSalam,
exsChan
Jasa SEO
kalo saya sendiri ingin jadi ibu yang bekerja di rumah sehingga anak-anak bisa diperhatikan sepanjang waktu :)
BalasHapussip-sip :)
BalasHapus