Minggu, 02 Juni 2013

Menyelaraskan Peran


Usianya saat ini sekitar 35 atau 36 tahun. Bersama suaminya, sejak beberapa tahun lalu, ia membangun sebuah usaha konsultan. Makin ke sini, usaha mereka makin berkembang. Kini perempuan berkerudung itu menduduki posisi CEO di perusahaannya sendiri.

Mereka telah dikaruniai dua orang anak. Anak pertama telah duduk di bangku sekolah dasar. Anak kedua, usianya masih hitungan bulan. Meski keduanya sibuk, ia dan suami berkomitmen untuk tidak mengalihkan pengasuhan anak mereka pada babysitter dan memberikan anak ASI eksklusif hingga enam bulan. Bahkan, mereka juga tidak memiliki asisten rumah tangga. Jadilah, mereka berdua bahu membahu, baik di rumah maupun di kantor, dalam menyelesaikan semua pekerjaan. 

Sejak sebelum subuh mereka telah bangun, menyiapkan perlengkapan sekolah anak, menyiapkan sarapan, dan menyiapkan perlengkapan masing-masing. Sebelum berangkat ke kantor, mereka mengantar anak yang lebih tua ke sekolah. Anak kedua dibawa ke kantor. Takmasalah sebab kantor adalah juga rumah mereka, milik mereka. Menjelang siang, saat anak pertama pulang sekolah, ia atau suaminya akan menjemput, lalu bersama sang anak kembali ke kantor. 

Ruang pribadi miliknya di kantor cukup lapang. Selain kursi dan meja kerjanya yang lumayan besar, juga ada sofa dan meja tamu. Sofa tamu sengaja dipilih yang juga nyaman untuk leyeh-leyeh. Bentuknya mirip seperti tempat tidur ukuran single namun berdesain sofa. Di sini lah, anak-anaknya tidur siang lengkap dengan bantal dan guling kecil. Kadang anaknya yang kecil ditidurkan di meja kerjanya, di sampingnya yang sedang bekerja. Kadang, di sela pekerjaan, ia masih sempat memberikan cerita pengantar tidur. 

Jika sedang rapat intern di kantor, mereka juga kerap sambil mengasuh anak-anak. Entah itu sambil menidurkan ataupun menyertakan sang anak dalam rapat.

***

Saya cukup sering membaca, entah itu buku atau artikel, tentang para orang tua yang masih sangat bisa beraktualisasi diri sambil tetap tidak melalaikan pengasuhan anak-anaknya. Itu sebabnya, saya termasuk orang yang tidak percaya bahwa pernikahan dan anak akan menghambat aktualisasi diri. Bagi saya semua sangat bergantung dari kemampuan manajemen diri dan waktu, serta kemampuan kita dalam menyelaraskan keseluruhan peran-peran kita. Dan oya, tentu saja yang utama sekali, semua bergantung dari niat.

Kelihatannya memang repot. Akan tetapi, dalam banyak hal, anak dan pasangan justru adalah sumber energi yang akan menambah daya gerak kita. 

Salam,


Nanda

3 komentar:

  1. ups, maaf jadi salah nyebut nama mbak Nanda, gara-gara baca nama blognya. #malumodeON

    Salam,
    exsChan
    Jasa SEO

    BalasHapus
  2. kalo saya sendiri ingin jadi ibu yang bekerja di rumah sehingga anak-anak bisa diperhatikan sepanjang waktu :)

    BalasHapus