gambar diambil dari sini
Hari ini adalah hari
terakhir Clara, putri sulungnya, berusia lima tahun. Seperti tiap tahun yang
telah lepas, di pagi hari terakhir itu, Eliza selalu memotret Clara. Kali ini
ia mengambil gambar Clara yang tengah tidur. Takberapa lama, dimulailah
rutinitasnya di pagi hari sebagai seorang ibu. Menyiapkan sarapan pagi untuk
suami dan kedua anaknya, menyiapkan perlengkapan sekolah Clara, merapikan
rumah, mengurus anak bungsunya, lalu mengurus dirinya sendiri.
Begitu sibuknya
hingga ia lupa mengganti dasternya dan lupa membawa tas Clara ketika akan mengantar
anaknya sekolah. Saat kembali untuk mengganti daster, perempuan yang sempat
berprofesi sebagai penulis sebelum menikah ini menyempatkan diri menulis di
blog pribadinya. Saat itu lah, ia menemukan informasi kontes menulis tentang
arti menjadi seorang ibu. Berhadiah lumayan. Namun deadline-nya sudah mendesak.
Hari ini kegiatannya
bertambah. Selain harus menemani anak bungsunya jalan-jalan dan menyelesaikan
pekerjaan rumah tangga, ia juga harus menyiapkan pesta ulang tahun ke-enam
Clara. Selain itu, Eliza juga memutuskan untuk mengikuti kontes menulis
tersebut.
Namun, harinya saat
ini berjalan tidak begitu lancar. Ketika Eliza minta tolong suaminya untuk
menjaga putra bungsu mereka beberapa saat agar ia punya sedikit waktu untuk
menulis, ternyata suaminya sudah punya janji meeting yang takbisa ditinggalkan.
Anjing piaraannya membuang kotoran di trotoar yang menyebabkan ia diomeli oleh
tetangga dan para pejalan kaki. Ia juga sempat ribut dengan salah satu
pengendara karena parkir mobilnya menghalangi jalan.
Juga, pada hari yang
sama, jalanan di depan apartemennya akan dipakai untuk pengambilan film
sehingga untuk sementara, tidak ada mobil yang boleh parkir di sana.
Mobil-mobil yang telah terlanjur parkir pun dipindahkan tanpa sepengetahuan
pemiliknya. Termasuk mobil Eliza. Ia gusar dan sempat bersitegang dengan salah
satu kru film mengenai jadwal syuting yang tiba-tiba dan pemindahan mobil yang
tanpa sepengetahuannya.
Saat suaminya pulang,
Eliza menitipkan putra bungsunya dan mulai berbelanja keperluan ulang tahun
Clara. Juga meminta pendapat suaminya mengenai tulisan bikinannya untuk kontes
menulis. Di tengah jalan, ban sepedanya pecah karena menggilas beling. Di dalam
swalayan, ketika sedang mengantri membayar, ia juga sempat ribut dengan
pengantri di depannya, bersebab orang itu merasa terganggu dengan suara Eliza
saat ia memanfaatkan waktu mengantri dengan menelepon sahabatnya.
Ia pun pulang dengan
mendorong sepedanya. Mampir terlebih dulu ke sebuah toko kue untuk mengambil
kue ulang tahun pesanannya. Malangnya, ada kesalahan dalam menuliskan nama
Clara pada permukaan atas kue itu. Eliza ngotot minta diubah. Akan tetapi
penjual itu juga ngotot bahwa kesalahan ada pada pihak Eliza.
Sesampainya di depan
apartemen, ternyata suami dan putranya sedang keluar. Pintu takbisa dibuka.
Akibatnya, ia harus menaiki belasan tangga. Saat sedang
menghias rumah untuk pesta putrinya, sahabatnya menelepon dan mengomeli Eliza,
bersebab ia terlanjur posting curhatan yang ternyata merupakan hal rahasia bagi
sahabatnya. Ia juga menemukan banyak koreksi dari suaminya pada tulisan yang
akan dikirimkannya untuk kontes menulis. Koreksi yang bernada, kamu sebenarnya mau nulis apa?
Ia taktahan lagi dengan berbagai kejadian pada hari itu. Dengan kecepatan penuh, ia menyetir mobilnya keluar kota. Akhirnya Eliza kembali bersebab suaminya menelepon. Putranya tersedak mainan yang tertelan. Keributan kecil antara ia dan sang suami pun sempat terjadi.
Namun semua berakhir
dengan damai. Pesta ulang tahun putrinya berjalan lancar. Ia bisa mengubah
sendiri kesalahan menuliskan nama di permukaan atas kue ulang tahun. Sang suami
memberinya kejutan yang menyenangkan. Ia pun akhirnya berdamai dengan
sahabatnya. Dan lebih dari itu, berkat rentetan kejadian tersebut, Eliza
berhasil menyimpulkan arti dari menjadi seorang ibu:
Adalah
menerima waktumu yang terbatas dan berusaha keras dalam hal waktu. Meski rasanya
kamu akan mati karenanya. Tapi kamu harus tetap berusaha dan terus bertahan.
…
Jadi, nikmati harimu. Cermati anakmu sebab mereka tahu cara menikmati
waktu yang terbatas dengan hasrat. Tidak ada yang lebih penting dari itu.
Mereka dapat membantumu untuk selalu mengingatnya.
…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar