Sewaktu saya masih bekerja di Jakarta, ketoprak adalah salah satu makanan favorit saya untuk makan siang. Sampai-sampai pedagangnya hapal pesanan saya; dengan rawit lebih banyak dari takaran pedas pada umumnya dan bumbu yang lebih banyak pula. Makanan ini terbilang murah bila dibandingkan dengan makanan lain yang dijual di sekitarnya dan rasanya enak sekali. Saya tidak pernah bosan mencicipinya. Bersebab itulah, saya kepingin sesekali memasaknya.
Ketoprak hasil bikinan saya rasanya masih kalah jauh dari ketoprak langganan saya itu. Apalagi membuatnya pun terburu-buru. Tapi takapa. Cukup meredakan kekangenan saya. Juga, saya jadi mengetahui bumbu apa saja dan cara meraciknya yang membuat rasa ketoprak itu menjadi khas dibandingkan dengan makanan lain berkuah kacang yang dari segi wujud nyaris serupa.
Salam,
Nanda
: Meski judul tulisan ini adalah nama masakan, namun sesungguhnya ini
bukanlah tulisan yang memuat resep masakan. Sebab saya tidak sedang
menciptakan resep. Saya hanya mempraktekkan resep yang sudah ada, dengan
sedikit perubahan yang disesuaikan dengan kebutuhan, selera, dan
ketersediaan bahan. Tulisan ini memuat celoteh saya tentang masakan yang
saya bikin, hal-hal lain yang berkaitan, dan pikiran-pikiran lain yang
berseliweran saat saya sedang memasak. Celotehan dari dapur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar