Kamis, 05 Juni 2014
gambar: dokumen pribadi
Pernahkah kamu merasa, pada suatu masa, hari demi harimu
berjalan begitu baik bersebab kamu mengelolanya dengan cukup baik? Seperti
misalnya, barangkali setiap malam kamu selalu menulis perencanaan untuk
kegiatan esok, lengkap dengan waktu dan alurnya. Atau barangkali setiap hari mejelang
subuh kamu meniatkan membaca buku minimal sepuluh halaman sehingga setiap
bulannya kamu bisa selesai membaca setidaknya satu buku. Atau barangkali
setiap hari kamu mencicil sedikit demi sedikit suatu pekerjaan sehingga ia takpernah menumpuk. Atau yang lainnya.
Kamu mengelola kegiatanmu dengan baik sehingga hari-harimu berjalan baik, semua pekerjaan terselesaikan berkat perencanaan yang rapi, kamu merasa puas, hingga akhirnya...
Pada suatu titik, kamu lengah.
Kamu begitu percaya diri bahwa hari esokmu juga akan berjalan baik seperti biasanya. Saking percaya dirinya, kamu mengabaikan pengelolaan hari yang biasa kamu lakukan bersebab sudah merasa bahwa hari esok juga akan berjalan sebaik hari-hari sebelumnya.
Tapi ternyata tidak.
Ternyata pengabaianmu terhadap pengelolaan waktu dan kegiatan membuat harimu benar-benar kacau. Banyak pekerjaan yang takterselesaikan. Banyak waktu yang terbuang. Dan kamu benar-benar berada diambang kesabaran.
Pernahkah kamu?
Ini hari kacau saya.
Pada malam hari sebelum tidur, saya tidak meniatkan benar-benar ingin bangun jam berapa esok harinya. Sebab saya merasa yakin akan terbangun di jam yang kurang lebih sama dengan hari sebelumnya. Saya juga tidak merencanakan alur kegiatan saya bersebab sudah merasa yakin saya sudah jago menanganinya.
Esoknya, saya bangun setengah jam lebih lambat dari biasanya. Oke, tak apa, tak masalah kok, semua akan tetap berjalan lancar.
Karena tidak merencanakan alur kegiatan pada mala sebelumnya, saya melakukan pekerjaan dengan berpikir dulu, lebih baik mengerjakan ini atau itu dulu ya, sementara waktu terus berjalan. Oke, tak apa, tak masalah kok, semua akan tetap berjalan lancar.
Ternyata ada beberapa pekerjaan tambahan yang harus saya selesaikan juga. Oh ya, kan sudah harus ganti seprai. Oke, tak apa, tak masalah kok, semua akan tetap berjalan lancar.
Ternyata ia hanya tidur saat disusui saja. Setelahnya, Azka bangun dengan muka segar. Saya baru ingat, semalam ia tidur lebih awal sehingga tidur malamnya cukup lama. Jika begini, saya takkan bisa berlama-lama di dapur.
Saya menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya. Baiklah, ini masalah.
Saya berpikir sejenak untuk memikirkan cara efektif menyelesaikan semuanya. Yang pasti, masak sayur dan lauk sekarang saya satukan saja agar lebih cepat. Lalu, saya sibukkan Azka dengan mainannya, lalu saya tinggal sebentar. Saya tarik high chair Azka ke dekat tempat saya memasak agar sambil makan ia tetap dapat melihat saya dan saya tetap dapat mengawasinya. Jika ditemani, biasanya durasi makannya jadi lebih lama. Jika ia ditinggal makan sendiri, lima belas menit kemudian ia sudah minta diangkat dari high chair.
"Azka mam, ummi masak ya," kata saya setelah mendudukkan Azka di high chair, lalu saya letakkan piring berisi makanan dan sendok di atas tray-nya. Seperti biasa, matanya selalu berbinar dan senyumnya mengembang bila disodori makanan. Azka mulai mengaduk-aduk makanannya. Saya mulai memasak. Sambil berkegiatan, saya usahakan untuk tetap berinteraksi dengannya agar ia tetap nyaman. Saat makanan di piringnya hampir habis, saya tambahkan lagi. Saat mengetahui ia sudah tidak ingin makan lagi tapi masih menikmati "bermain-main" dengan makanannya, saya biarkan saja.
Tepat saat Azka sudah bosan dan minta diangkat dari high chair-nya, satu masakan pun jadi. Saya menarik napas lega, meski dapur masih berantakan dan high-chair Azka serta lantai berlepotan makanan. Lalu, saya pun menyiapkan perlengkapan andi Azka dan memandikannya, membersihkan badannya yang penuh dengan makanan.
Setelah puas bermain dan mengacak-acak isi kamar, Azka minta disusui lagi. Ia lelap kembali sambil menyusu di pangkuan saya.
Takberapa lama, menjelang makan siang, suami saya datang, lalu membantu saya membersihkan high-chair, lantai, dan peralatan bekas mandi Azka. Jarak kampus tempatnya mengajar dan tepat tinggal kami tidak jauh, tidak sampai empat menit menjangkaunya dengan kendaraan. Jika ditempuh dengan jalan kaki santai, tidak sampai sepuluh menit.
"Abi ke kampus lagi jam berapa?" tanya saya.
"satu jam lagi." jawabnya. Oke, saya masih bisa bikin sambal.
"Mau dibikinkan sambal apa?" tanya saya.
"Lauknya apa?"
"Sup hati ayam."
Ia berpikir sebentar, "Sambal bawang putih saja."
Tepat saat saya selesai bikin sambal, Azka bangun kembali. Saya pun menyiapkan makan siang untuknya. Lalu kami makan bersama, sambil menikmati kelucuan Azka.
Ya, hari saya memang agak kacau hari ini. Tetapi akhirnya semua selesai dengan baik dan ditutup dengan momen manis; makan siang bersama.
Salam,
Nanda
Uuuh enaknya, ngelihat gambar doang aja udah enak. :3
BalasHapusBtw, soal sup tomat ada di soal UN B.Ing kelas 9, kak. Hahaha.
hihihii... :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus