Senin, 09 Juni 2014

Berkarya dan Berceloteh dari Dapur #4 : Sup Telur Puyuh

Jum'at, 06 Juni 2014

gambar: dokumen pribadi

Pagi harinya, saat akan berbelanja ke pasar, saya bertanya pada tetangga yang kebetulan sedang berada di depan rumahnya, tentang cara agar kami bisa menggunakan hak pilih di sini (Pontianak) ketika pemilu nanti, sebab KTP saya dan suami masih KTP Surabaya. Ia bilang kalau saya tinggal menyerahkan fotokopi KTP saja, nanti ia akan bantu. Saya berterima kasih padanya.

Tibalah di pasar kecil. Tadinya saya kepingin bikin bola-bola udang telur puyuh. Di sini harga udang lebih murah ketimbang di Jawa. Saya yang "hantu udang", benar-benar puas makan udang selama di sini. Hanya ada satu orang penjual udang di pasar kecil ini sehingga tidak ada pilihan lain. Saya perhatikan, udang hari ini  terlihat kurang segar. Saya agak ragu. Tapi sedang benar-benar kepingin. Akhirnya saya beli juga sambil berharap rasa dan aroma udangnya akan baik-baik saja ketika dimasak nanti.

Ternyata, hari ini ada drama (lagi) di pagi hari, dengan edisi berbeda, yang membuat jadwal masak saya terlambat. Padahal saya beli udang sudah dari pagi. Saya makin ragu dengan kondisi udang yang dari awal dibeli sudah terlihat kurang segar itu sebab, semakin terlambat jadwal masak saya, makin lama udang dibiarkan, makin tidak segar kondisinya. Terlebih lagi, saya lupa membeli jeruk nipis untuk membaluri udang.

Benar saja, ketika bola-bola udang saya cemplungkan ke dalam air mendidih, aromanya tercium kurang sedap. Agak amis. Padahal saya sudah memasukkan cukup banyak daun jeruk. Apalagi, saya anti makanan amis.

Akhirnya saya putuskan untuk memasak telur puyuhnya saja dan merelakan bola-bola udang itu terbuang. Saya tidak tega membayangkan Azka memakannya. Bayi saya sedang bersemangat makan dan nyaris apapun dilahapnya.

Tragedi udang ternyata membawa dampak kurang bagus bagi saya pada jam-jam selanjutnya. Membikin saya agak bad mood. Cukup kecewa sebab saya sudah berharap bisa menyajikan bola-bola udang untuk hari ini. Terlebih lagi jika masuk ke dapur, aroma udang itu masih tercium pekat. Saya putuskan untuk menghibur hati dengan bermain-main saja sama Azka dan membiarkan dapur dengan kondisi berantakan. Nanti saja saya bereskan.

Hingga malam tiba dan Azka lelap pada awal malam, saya belum punya kesempatan membereskan dapur. Saat Azka lelap, saya pun tertidur. Saya terbangun di malam hari dan teringat akan kondisi dapur yang masih berantakan. Lalu memutuskan akan membereskannya saat itu. Ternyata, dapur saya sudah bersih dan tidak ada bau udang lagi. Bibir dan hati saya tersenyum. Terima kasih ya, Abi.

Salam,


Nanda  





2 komentar:

  1. telur ;puyuh enak ya mak tapi takut kolestrol tinggi karrena 3 telur ayam=1 telur puyuh tingkat kolestrolnya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya memang. saya juga jarang-jarang masak telur puyuh :p

      Hapus